Saturday, September 10, 2016

Accept, reflect.

Source
We don't get to choose people we walk past by everyday. We didn't choose which family we born into or friends God sent us. They don't choose us either. It's all been fated. 

Satu-satunya pilihan adalah menerima mereka bagaimana pun keadaannya, walaupun ada bagian dari mereka yang tidak sesuai dengan yang diharapkan, seperti kesalahan yang mereka perbuat. I used to be so disappointed & frustrated over a serious mistake my friend or family made. Sampai-sampai gak bisa melihat atau pun berinteraksi dengan mereka dengan cara yang sama lagi (lebay, tp serius). Rasanya mau menyalahkan mereka sambil marah-marah. Tapi dipikir-pikir, gak ada manusia yang sempurna dan gak berbuat kesalahan (klise bgt). 

After some time of real deep thinking, aku memutuskan untuk memaklumi kesalahannya, dan berusaha untuk memperbaiki apa yg menurutku salah; mengingatkan, mendoakan, terlibat agar mereka berubah meski kesalahan ada pada sisi mereka yang paling personal, dan merefleksikan diri mungkin aku sebagai teman atau keluarganya juga berkontribusi terhadap kesalahan tersebut. Bukannya memaksa mereka untuk berubah karena manusia tidak punya kapabilitas merubah hati orang lain.

Hal bijak: gak banyak menuntut dan berharap dari orang lain demi menyelamatkan diri dari kekecewaan. Dan yang paling penting, banyak-banyak memperbaiki peran diri sendiri. Karena mungkin aku juga belum jadi anak, adik, teman, atau sahabat yang baik seperti yang mereka harapkan.

I'm not saying all this to claim that I'm the rightest person. This is just a lesson I learned from a recent disappointment. 

No comments: